kusaeni.com : Resensi Gending Pencabut Nyawa - oleh Diosetta
Gending Alas Mayit
Windualit adalah nama desa terpencil dan jauh dari peradaban modern yang terletak di lereng Gunung Merapi.
Desa yang tenteram ini tiba - tiba geger dengan peristiwa penganiayaan dan pengusiran salah satu warganya yang bernama Laksmi. Perempuan ini dituduh berzina dan mengfitnah Aswangga, seorang juragan kaya raya yang tinggal di desa tersebut.
Atas kesepakatan warga, Laksmi kemudian mendapatkan hukuman diusir dari Desa Windualit.
Beberapa minggu setelah peristiwa pengusiran Laksmi, beredar kabar bahwa anak buah Aswangga membawa Laksmi ke dalam hutan terlarang di perbatasan desa. Disana Laksmi diperkosa dan dibunuh. Namun tidak ada satupun penduduk desa yang berani bersuara.
Di malam bulan purnama, terdengar suara nyaring gamelan. Beberapa warga mencari tau darimana suara suara itu berasal, yang ternyata berasal dari dalam hutan terlarang. Saat tengah malam terdengar teriakan dari rumah Aswangga, seorang bocah laki - laki mendobrak pintu untuk keluar rumah dan menari kesetanan mengikuti alunan suara gamelan.
Warga yang melihat hal tersebut kemudian membantu Aswangga untuk menangkap dan menghentikan si anak, namun entah bagaimana para warga tidak mampu. Si anak tertawa keras dan kemudian memutar kepalanya ke belakang hingga mematahkan batang lehernya.
Dengan leher yang patah, si Anak masih mampu menari dan kemudian berlari ke arah hutan. Para warga berlari mengejar namun si Anak telah menghilang di kegelapan hutan.
Esok harinya dilakukan pencarian dan ditemukan jasad si Anak tergeletak di pinggir hutan dengan kondisi mengenaskan. Kepala, tangan, badan, dan kaki berserakan terpencar. Warga ketakutan menganggap ini adalah kutukan.
Kutukan ini menyerang warga disetiap malam bulan purnama. Suara gending terdengar dari dalam hutan. Setiap warga yang mendengar suara alunan gamelan akan terpengaruh dan menari - nari diakhiri dengan tulang - tulang yang patah bahkan nyawa melayang.
Keadaan desa semakin mencekam karena kutukan. Para warga sudah berupaya mendatangkan dukun untuk meenangkal kutukan namun tidak memberikan hasil yang diharapkan. Bahkan para dukun itu sudah menjadi tumbal dimangsa kutukan Gending dari hutan.
Satu per satu warga menjadi mangsa dari kutukan suara gamelan ini.
Lalu bagaimanakah nasib warga desa lainnya? Apakah kutukan ini bisa dilawan? dan apakah ada kenyataan yang tersembunyi di balik kutukan ini?
Baca selengkapnya: https://kusaeni.com/baca/gending-alas-mayit/